Siang tadi, saya kedatangan seorang guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Adiwerna. Seperti halnya rental sekaligus rumah tempat tinggal selalu didatangi oleh orang-orang yang minta dibantu dalam pembuatan tulisan (ketikan) bisa makalah, proposal skripsi, skripsi, tesis dan lainnya. Kalau dahulu kala, kami menerima karya tulis dari anak-anak SMK atau SMA yang harus diketik dengan komputer. Nah bu guru tersebut, datang ke kami minta dibuatkan sebuah makalah tentang Motivasi Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Kota X. 

Lanjutnya bu guru menceritakan bahwa sekarang anak didik atau siswa-siswa dalam berkomunikasi dengan guru-gurunya tidak menggunakan bahasa Ibu atau bahasa halus atau bahasa kromo (kebetulan mereka berada di wilayah Kab Tegal), mereka terkadang menggunakan bahasa Tegalan yang semi kasar kepada gurunya, sehingga dari peristiwa tersebut, para guru menginginkan hal ini tidak terjadi. 

Dalam berkomunikasi yang sering terjadi adalah ketika antara murid dan guru menggunakan kata/kalimat yang kurang pantas, atau bahasa seadanya (bahasa Tegalan). Kemudian masalah perilaku yang terjadi adalah ketika anak-anak atau siswa apabila beli jajan di tempat jualan dan caranya tidak duduk tetapi berdiri, atau sambil omong-omongan sesama temanya. Hal itu secara etika tidak diperbolehkan dan diaggap tidak sopan. Kedua kasus tersebut seperti komunikasi tidak menggunakan bahasa ibu serta perilaku yang tidak sopan menjadi kasus yang perlu diangkat solusinya.